THE SAYAP33 DIARIES

The sayap33 Diaries

The sayap33 Diaries

Blog Article

Semula aku mengira bahwa perempuan cantik itu akan berbicara lembut. Tetapi ternyata kata-katanya seperti duri yang menusuk jantung,“ geram Ki Rangga Larasgati.

Pertemuan para pemimpin Tanah Perdikan, beberapa orang bebahu dan bekel dari padukuhan-padukuhan yang juga datang bersama para pemimpin kelompok, para tetua di Tanah Perdikan dan orang-orang terpenting telah mendengarkan keterangan Ki Tumenggung Jaladara yang menasehatkan agar Tanah Perdikan itu bertahan. “Pajang yang sekarang tidak dapat menarik kekancingan itu,“ berkata Ki Tumenggung, “selain hal ini harus diputuskan dan dilakukan atas dasar kekancingan yang baru, maka hal ini ada sangkut pautnya dengan usaha pemerasan.

Prajurit itupun telah terpelanting dan jatuh di kaki kawan-kawannya yang sedang bertempur, sehingga sekali lagi kawan-kawannya harus membawa seorang prajurit keluar.

Ki Rangga terkejut ketika ia mendengar suara seseorang yang menyapanya, yang sejak semula duduk membelakanginya dan bahkan seakan-akan tidak menghiraukan akan kedatangannya.

Risang telah bersiap pula menghadapi segala kemungkinan. Namun ia masih sempat melihat sekilas, apa yang terjadi disebelah menyebelahnya. Risang dan Bibi ternyata telah mendapatkan lawan masing-masing.

Ternyata dengan pesat kemampuan Risang memang telah meningkat pada satu tataran yang mapan. Ketiga gurunya tinggal mengeraskan alas yang akan dipakainya untuk meletakkan ilmu Janget Kinatelon.

Betapapun ia mengerahkan kemampuannya, namun Risang masih saja mampu mengimbanginya. Ketika Risang melihat keadaan pasukannya yang masih belum bergeser dari garis pertempuran, maka Risangpun tidak lagi merasa gelisah.

Risang menarik nafas dalam-dalam. Ia memang mengharap agar Kasadhalah yang datang. Dengan demi kian, maka ia akan dapat berbicara berterus terang kepada anak muda yang pernah dianggapnya sebagai saudaranya itu.

Dengan demikian, maka prajurit Pajang itu tidak segera dapat mendesak pasukan pengawal Tanah Perdikan. Para pengawal Tanah Perdikan yang terlatih itu dalam jumlah yang cukup, ternyata mampu bertahan di garis benturan kedua gelar itu.

Untuk menjajagi kekuatan lawannya, maka Risang telah menangkis serang mendatar itu sambil merendahkan diri.

Sedangkan orang-orang lain yang masih belum banyak mengalami latihan, merasa bahwa jumlah lawanpun menjadi berkurang, sehingga mereka akan dapat bertempur dalam kelompok-kelompok yang lebih besar.

Sepeninggal orang-orang Gemantar, maka Sembojan benar-benar merasa bahwa Tanah Perdikan itu telah terancam kekerasan yang setiap saat akan datang. Mungkin dengan cara yang jauh lebih kasar dari cara yang ditempuh Kasadha.

Namun yang penting Jipang memang ingin melibatkan dirinya. Dengan menempatkan sepuluh orang perwiranya, maka Jipang akan dapat membantu menyusun pertahanan yang baik serta menilai dari dekat kemampuan yang sebenarnya dari para pengawal Tanah Perdikan. Dengan pengenalan itu, maka Jipang akan dapat menentukan sikapnya lebih lanjut di gacor sayap33 Janah perdikan Sembojan itu.

Mereka justru menjadi semakin matang menghadapi gejolak yang terjadi. Sementara itu, prajurit Jipang pilihan yang menyertai Ki Tumenggung Jaladara, telah bertebaran di pangkal sayap. Meskipun jumlahnya hanya sepuluh orang, tetapi bersama- sama dengan bekas pengawal yang berpengalaman, mereka telah mampu menahan usaha para prajurit Pajang untuk memotong gelar para pengawal Tanah Perdikan itu.

Report this page